- Back to Home »
- perkuliahan »
- Menulis Berita
Posted by : Unknown
Friday, December 21, 2012
Mata Kulih : Keterampilan Menulis
Materi : Menulis Berita
Berita adalah
informasi baru atau informasi mengenai sesuatu yang sedang terjadi, disajikan
lewat bentuk cetak, siaran, Internet,
atau dari mulut ke mulut kepada orang ketiga atau orang banyak. Laporan berita
merupakan tugas profesi wartawan,
saat berita dilaporkan oleh wartawan laporan tersebut menjadi fakta / ide
terkini yang dipilih secara sengaja oleh redaksi pemberitaan / media untuk
disiarkan dengan anggapan bahwa berita yang terpilih dapat menarik khalayak
banyak karena mengandung unsur-unsur berita. Stasiun televisi biasanya memiliki
acara berita atau menayangkan berita sepanjang waktu. Kebutuhan akan berita ada
dalam masyarakat, baik yang melek huruf maupun yang buta huruf.
Penulisan Berita
Jurnalistik berhubungan erat dengan wawancara. Setelah pembahasan
tentang wawancara beberapa waktu yang lalu, saat ini akan coba saya tambahkan
sedikit tentang wawancara dan penulisan berita. Adapun wawancara itu terbagi
dalam beberapa macam, diantaranya :
- Wawancara
sosok pribadi
- Wawancara
berita
- Wawancara
jalanan
- Wawancara
sambil lalu
- Wawancara
telepon
- Wawancara
tertulis
- Wawancara
kelompok
Setelah seorang jurnalis melakukan wawancara, langkah selanjutnya
yang harus dilakukan adalah menuliskan hasil wawancaranya dalam bentuk berita.
Menulis berita tidak hanya asal menuliskan, namun juga ada teknik-teknik
penulisannya. Diantara teknik penulisan berita tersebut ialah:
- Menentukan
sudut pandang (engel)
- Menggunakan
pola penulisan Piramida Terbalik
- Menggunakan
konsep 5 W 1 H
- Pola
pedoman tulisan menggunakan lead
Dalam pola penulisan Piramida Terbalik itu seharusnya:
- Wartawan
tidak memasukkan pendapat pribadi dalam berita yang ditulis
- Wartawan
dituntut untuk bersikap jujur
- Kesimpulan
ditulis di awal paragraf.
Adapun maksud dari Piramida Terbalik itu diantaranya adalah untuk
memudahkan pembaca untuk segera menemukan berita yang dianggap menarik.
Susunan berita itu terdiri dari:
- Judul
- Lead
- Perangkai
- Tubuh
berita
- Kaki
berita
Judul berita itu diupayakan harus memenuhi beberapa unsur dibawah
ini:
- Profokatif
(bisa menumbuhkan minat khalayak untuk membacanya)
- Singkat
dan padat (terdiri dari 3-5 kata)
- Relevan
(sesuai dengan susunan berita yang ingin disampaikan)
- Fungsional
(setiap kata dalam judul bersifat mandiri dan memiliki arti yang tegas dan
jelas.
- Formal
- Representatif
(mencerminkan teras berita/lead)
Pada paragraf pertama lead atau teras berita merupakan
paragraf yang memuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan berita.
Lead atau teras berita diupayakan terdiri dari 4-30 kata dan harus mengandung
unsur-unsur :
- Atraktif
: mampu membagkitkan minat baca pada khalayak
- Introduktif
: harus bisa menyatakan pokok persoalan yang dikupas dengan tegas dan
jelas
- Korelatif
: harus bisa membuka jalan bagi kemunculan kalimat untuk paragaraf kedua
dan seterusnya.
- Kredibilitas
: mencerminkan bobot akademis reporter dan media massanya
Basis penulisan
berita adalah
peristiwa yang benar-benar terjadi dan bukan gagasan atau pendapat dari
penulis. Karena menerangkan tentang berita, penulisan berita minimal harus
memuat hal-hal yang ingin diketahui oleh pembaca. Setiap pembaca berita selalu
ingin mengetahui peristiwa apa yang terjadi, kapan peristiwa itu terjadi, siapa
saja yang terlibat, di mana peristiwa itu terjadi, mengapa peristiwa itu bisa
terjadi, dan bagaimana runtutan kejadian peristiwa itu. Dalam menuliskan suatu
peristiwa, penulis harus bisa menjaga jarak dengan subjek berita agar tidak
melibatkan emosinya. Netralitas penulisan berita memiliki nilai penting.
Penulis berita secara etis tidak boleh menghakimi atau mengambil kesimpulan
atas terjadinya suatu peristiwa karena itu di luar domainnya. Ada pihak lain
yang lebih berwenang untuk mengambil kesimpulan atas suatu peristiwa.
Penulisan Berita - Membentuk Opini
Penulisan berita dalam suatu media, mau tidak mau akan
berdampak pada pembentukan opini tertentu bagi masyarakat. Opini masyarakat (common
opinion) terhadap suatu berita bisa positif dan bisa juga negatif. Yang
patut disadari juga, terbentuknya opini sebagai akibat dari suatu penulisan
berita bisa menjadi faktor yang mendorong masyarakat untuk melakukan tindakan
tertentu. Misalnya, pemberitaan tentang kasus penculikan anak yang masiv di
media massa. Pemberitaan ini telah mengakibatkan sebagian masyarakat waspada
dan bersikap over protektif. Permasalahan berikutnya,
penulisan berita yang berkaitan dengan profil seseorang atau produk ada kalanya
hanya kedok dari suatu kegiatan public relation yang dimaksudkan untuk
membangun citra. Kecenderungan untuk memanipulasi pariwara sebagai berita sudah
jamak dilakukan media saat ini. Memang sang pemimpin redaksi bisa berkelit
bahwa tulisan itu adalah pariwara karena ditandai dengan titik api.
Jenis – Jenis Berita
·
Straight news report : Laporang langsung mengenai
suatu berita. Berita yang memiliki nilai penyajian objektif tentang fakta-fakta
yang dapat dibuktikan, biasanya di tulis dengan unsur-unsur yang dimulai dengan
what, who, when, where, why, dan how (5W + 1H).
·
Depth news report : Reporter (wartawan)
menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai
informasi tambahan untuk peristiwa itu.
·
Comprehensive news : Laporan tentang fakta
yang bersifat menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.
·
Interpretative report : Memfokuskan sebuah isu,
masalah atau peristiwa kontroversial. Laporan intreptatif biasanya dipusatkan
untuk menjawab pertanyaan mengapa.
·
Feature story : Penulis menyajikan suatu
pengalaman pembaca yang lebih bergantung pada gaya menulis dan humor dari pada
pentingnya informasi yang disajikan.
·
Depth reporting : Laporan jurnalitik yang
bersifat mendalam, tajam lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal dan
aktual.
·
Investigative reporting : Berita memusatkan pada
masalah dan kontroversi.
·
Editorial writing : Pikiran sebuah institusi
yang diuji didepan sidang pendapat umum. Penyajian fakta dan opini yang
menafsirkan berita penting yang mempengaruhi pendapat umum.
Teknik Penulisan Berita
Sebuah berita ditulis dengan menggunaan
teknik penulisan berita yang benar, sebelum membahas seputar
teknik penulisan berita, ada baiknya kita ketahui dulu unusr-unsur berita itu
sendiri. Berikut unsur-unsur berita yang harus diketahui atau boleh juga kita
sebut sifat-sifat berita:
·
Aktual
(baru). Informasi-informasi baru lebih mempunyai nilai berita daripada
kejadian-kejadian yang sudah terjadi di masa lalu.
·
Jarak
(jauh atau dekat). Para pembaca berita lebih tertarik dengan peristiwa yang
terjadi di sekitar mereka dibanding dengan peristiwa yang terjadi jauh dari
tempat mereka.
·
Penting.
Suatu hal atau peristiwa menjadi berita ketika hal tersebut dianggap penting
karena berpengaruh pada kehidupan secara langsung, misalnya UU larangan merokok
di tempat umum.
·
Akibat.
Sebuah peristiwa menjadi berita karena mempunyai dampak yang besar, misalnya
penayangan film Fitna di situs YouTube.
·
Pertentangan
atau konflik.
·
Dunia
seks, misalnya kasus perceraian, perselingkuhan, dan lain-lain.
·
Ketegangan,
misalnya seperti ketika berlangsungnya pelantikan presiden.
·
Kemajuan-kemajuan,
inovasi baru, dan perubahan.
·
Emosi,
segala hal yang jika diberitakan akan membuat marah, sedih, dan kecewa.
Misalnya, kabar tentang bayi baru lahir yang ditemukan di tempat sampah.
·
Humor.
Artinya, berisi hal-hal lucu.
Itulah tadi unsur-unsur di dalam berita,
sekarang kita lanjutkan ke teknik penulisan berita. Agar hasil penulisan berita
yang dibuat menjadi enak dibaca oleh mayarakat, dibutuhkan sedikit teknik untuk
penulisan berita. Berikut ini akan disajikan teknik-teknik penulisan berita
yang mudah-mudahan membantu para jurnalis pemula dalam penulisan berita.
·
Teknik
pertama penulisan berita adalah penulisan judul berita. Buatlah judul berita
dengan menggunakan kalimat yang singkat dan jelas, tetapi tetap dapat
menyampaikan pokok berita secara menyeluruh. Judul yang dibuat menarik dalam
penulisan berita, pasti hal ini akan membuat pembaca lebih tertarik terhadap
isi berita tersebut.
·
Teknik
kedua penulisan berita adalah memahami unsur 5W+1H, yaituWhat (apa), Where (di
mana), When (kapan), Why (mengapa), Who(siapa),
dan How (bagaimana). Dalam penulisan berita, kumpulkanlah
bahan berita secara lengkap dari narasumber yang valid. Bahan dan narasumber
dalam penulisan berita adalah hal yang cukup penting untuk dituliskan sehingga
penulisan berita tersebut dianggap facktual, akurat, dan juga bertanggung
jawab.
·
Teknik
ketiga penulisan berita adalah susunan berita. Susunlah berita dengan
baik sehingga penulisan berita yang berisi suatu informasi mampu disampaikan
secara akurat, jelas, dan menarik tentunya. Bahasa yang digunakan dalam
penulisan berita haruslah menarik bagi para pembaca. Susunan berita yang
ditulis secara kronologis akan membuat para pembaca menaganggap berita tersebut
sebagai sebuah cerita. Hal ini tentunya berbeda jika penulisan berita disajikan
dengaqn susunan yang tidak sistematis atau tidak tuntas.
·
Teknik
keempat penulisan berita adalah bahasa. Bahasa merupakan elemen penting dalam
penulisan berita. Oleh karena itu, pakailah bahasa yang mudah dipahami oleh
para pembaca (dari semua kalangan).
·
Teknik
kelima penulisan berita adalah cara menulis berita. Penulisan berita
atau menulis berita artinya menyuguhkan informasi dengan akurat dan sesuai
dengan fakta. Penulisan berita yang baik yaitu penulisan berita yang tidak
menggurui, tetapi memperlihatkan atau menyajikan.
Berita
dari Kompas, 25 Februari 2010 tentang musibah tanah longsor di desa Tenjolaya,
Jawa Barat. Berita pertama merupakan sebuah berita langsung (straight news),
sedangkan berita kedua berupa news feature.
(1) EVAKUASI
TERHAMBAT MEDAN
BANDUNG, KOMPAS – Evakuasi korban tanah longsor di
Perkebunan Teh Dewata, Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung,
Jawa Barat, terhambat medan berat berupa jalan menanjak berliku-liku dan
berbatu.
Pukul
16.00, Rabu (24/2), evakuasi terpaksa dihentikan karena khawatir longsor
susulan akan terjadi setelah hujan deras kembali mengguyur kawasan perkebunan
tersebut.
Hingga
pukul 20.00, jumlah korban yang ditemukan dari timbunan longsor 19 orang dari
43 nama yang dilaporkan hilang oleh keluarganya. Sebelum diserahkan kepada
keluarga, korban yang ditemukan dibawa ke masjid setempat yang berjarak sekitar
500 meter dari lokasi longsor.
Hujan
pada Rabu sore menyebabkan lumpur longsoran tebing menjadi liat dan
membahayakan petugas evakuasi. Hujan deras juga mengganggu penglihatan petugas
evakuasi yang menjalankan mesin pengeruk (backhoe).
Lalu
lintas kendaraan yang padat menuju lokasi longsor juga menjadi penghambat
masuknya alat-alat berat ataupun logistik. Kondisi semakin ruwet ketika
pengamanan jalan sepanjang 15 kilometer menuju lokasi bencana tersebut
diperketat menjelang kunjungan Wakil Presiden Boediono.
Di
lokasi longsor, lumpur setebal 3 meter mengubur 21 rumah warga di RW 18.
Longsoran menimbulkan bekas menyerupai cekungan yang dalam seluas hampir 5
hektar. Sepanjang mata memandang, yang tampak hanya timbunan lumpur. Beberapa
atap rumah warga yang tertimbun masih kelihatan.
Lokasi
longsor yang terletak di kaki Gunung Tilu itu juga tak terjangkau frekuensi
radio ataupun telepon seluler. Tak heran, saat longsor terjadi, Selasa pagi,
informasi mengenai peristiwa tersebut disampaikan warga kepada aparat Kecamatan
Pasirjambu beberapa jam kemudian, dengan menempuh jarak sejauh 32 kilometer.
Wakil
Gubernur Dede Yusuf saat meninjau lokasi longsor, mendampingi Wapres Boediono,
mengatakan, karena berbagai kendala, evakuasi yang dilakukan belum optimal.
Hingga
Rabu sore, baru satu backhoe yang beroperasi di lokasi longsor. Empat lainnya
terhambat kedatangannya karena akses jalan masuk yang sempit dan sukar
dilintasi.
Sementara
itu, 200 jiwa yang selamat dari longsor itu diungsikan ke Perkebunan Negara
Kanaan, Desa Tenjolaya, sekitar 3 kilometer dari lokasi longsor.
Menurut
Dede Yusuf, evakuasi tetap berlanjut hingga tujuh hari ke depan, dengan
mengerahkan 1.200-an personel.
Tingkatkan
kewaspadaan
Wapres
Boediono kepada pers di lokasi bencana mengingatkan agar Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB), Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) Daerah,
aparat keamanan, dan penduduk meningkatkan kewaspadaan karena curah hujan sampai
Maret 2010 masih tinggi sehingga musibah bisa sewaktu-waktu terjadi kembali.
Menurut
Wapres, jika kondisinya tidak memungkinkan, penduduk Perkebunan Teh Dewata di
Desa Tenjolaya dapat direlokasi. Transmigrasi merupakan salah satu opsi yang
bisa ditempuh.
Boediono
yang datang bersama Gubernur Jabar Ahmad Heryawan didampingi empat menteri,
yaitu Menko Kesra Agung Laksono, Menteri Sosial Salim Segaf Al-Jufrie, Menteri
Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, dan Menteri Kesehatan Endang Rahayu
Sedyaningsih, serta Kepala BNPB Syamsul Maarif. Namun, sesaat setelah Wapres
tiba di lokasi, hujan deras tiba-tiba turun sehingga Wapres kemudian masuk ke
masjid untuk bertemu dengan para keluarga korban, lalu meninggalkan lokasi.
”Dari
laporan Badan Meteorologi, curah hujan yang tinggi masih akan terjadi sampai
Maret mendatang. Berarti, masih satu bulan lagi kerawanan itu masih akan
terjadi. Jadi, yang perlu diingatkan adalah peningkatan kewaspadaan satu bulan
ke depan,” kata Boediono.
Wapres
juga meminta agar Pemerintah Provinsi Jabar menginventarisasi kawasan yang
dianggap rawan longsor selama musim hujan sehingga bencana longsor tidak akan
terulang kembali.
Boediono
atas nama pemerintah kemudian memberi bantuan dana melalui Pemerintah Kabupaten
Bandung berupa uang Rp 200 juta, 25 unit tenda, 500 lembar selimut, dan 100
paket masing-masing berisi peralatan dapur, sandang, dan tikar.
Di
Jakarta, Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Hermanto Dardak menduga longsoran di
Ciwidey, Jabar, akibat tak dipatuhinya tata ruang. Seharusnya, pemerintah
daerah mampu mengawasi pelanggaran-pelanggaran tata ruang sejak dini. ”Tim dari
Kementerian Pekerjaan Umum hari ini sedang meneliti kondisi di Ciwidey. Tapi,
saya menduga bencana itu akibat pelanggaran tata ruang. Bencana di Indonesia
umumnya diawali pelanggaran-pelanggaran itu,” kata Hermanto.
Hermanto
mengatakan, letak lokasi bencana yang berada di pelosok sebenarnya sudah
menyiratkan adanya disinsentif terhadap kawasan itu sehingga pemerintah tak
membangun jalan ke sana.
Di
lokasi kejadian, Presiden Direktur Perkebunan Chakra, Rachmat Badrudin,
menyatakan, kalau kondisi tanah perkebunan itu berdasarkan hasil penelitian
tidak aman bagi permukiman karyawan, pihaknya akan merelokasi usahanya dan
kalau perlu menutup kawasan perkebunan.
”Kami
menilai longsor terjadi bukan karena rusaknya hutan lindung, tetapi adanya
retakan tanah akibat gempa bumi yang terisi air hujan akibat curah hujan yang
tinggi sehingga menggoyahkan tanah kawasan hutan lindung,” kata Rachmat.
Hal
senada dikemukakan Wagub Jabar Dede Yusuf. ”Longsor ini murni bencana alam.
Tidak ada pelanggaran tata ruang dalam kejadian ini. Tegakan pohon di hutan
lindung tidak diganggu oleh aktivitas perkebunan,” tuturnya.
Perkebunan
Dewata yang dikelola PT Chakra mulai beroperasi tahun 1956 dan saat ini
memiliki 801 pekerja. ”Longsor terjadi karena ada retakan di bagian tebing
gunung akibat gempa bumi 2 September 2009,” ujar Dede.
Dari
lokasi yang sama seorang reporter bisa menyusun sebuah news feature sebagai
berikut :
(2) MENCARI ENYI
DALAM TIMBUNAN LUMPUR
Kamis, 25 Februari
2010 | 03:28 WIB
Pandangan
Umar (54), warga Desa Tenjolaya, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung, Jawa
Barat, menyapu deretan nama yang dipasang di masjid RW 18.
Ke-43
nama itu merupakan daftar nama korban longsor yang terjadi pada hari Selasa
(23/2). Ia menemukan nama istrinya, Enyi (50), dalam daftar itu di urutan ke-11
dan belum dilingkari. ”Itu berarti jenazah istri saya belum ditemukan dalam
timbunan longsor,” ucap Umar lirih dan parau.
Papan
nama yang dipasang di masjid Kampung Cimeri, Desa Tenjolaya, menjadi rujukan
warga yang mencari tahu nasib sanak saudara mereka. Di dalam masjid, jenazah
yang sudah ditemukan disemayamkan sementara untuk kemudian dibawa keluar menggunakan
ambulans.
Umar
tampak terpukul sekali oleh musibah longsor tersebut. Ia kehilangan belahan
hidupnya dalam sekejap saat retakan di bukit ambruk dan menimbun 21 rumah yang
dihuni pekerja Perkebunan Teh Dewata itu. Yang membuatnya lebih tertekan, ia menyaksikan
sendiri saat-saat terakhir lumpur meluluhlantakkan perumahan pekerja, salah
satunya adalah yang ditinggali istrinya.
Bapak
enam anak ini pun mengisahkan, ia berada 50 meter dari lokasi saat longsor
terjadi pada pukul 08.00. Disertai bunyi dentuman, dia melihat lereng bukit
terkupas dan merosot jatuh mendekati permukiman kebun teh. Saat itu, longsoran
belum mengenai permukiman warga.
Umar
dan beberapa karyawan lain yang melihat hal ini segera berteriak memperingatkan
warga yang ada di permukiman untuk segera menghindar. Dari kejauhan, ia melihat
istrinya sempat keluar rumah, tetapi kemudian masuk kembali. ”Belum sampai 15
menit setelah longsoran pertama, terjadi longsoran yang lebih besar yang
menimbun seluruh permukiman,” ujar Umar murung.
Tidak
tanggung-tanggung, lumpur dengan ketebalan lebih dari tiga meter langsung
menimbun permukiman itu hingga mencapai atap. Sebanyak 21 rumah warga, lima
bangunan milik kantor perkebunan, dan satu masjid hancur. Lumpur juga
memutuskan jaringan listrik ke Kampung Cimeri.
Namun,
setidaknya Umar masih bisa bernapas lega. Anaknya paling bungsu, Novita Sri
Rahayu (8), selamat dari longsor. Novita saat itu tengah bersekolah di lokasi
yang berjauhan dengan permukiman penduduk sehingga terhindar dari maut.
Sayangnya,
kebahagiaan yang sama tidak bisa dirasakan Administratur Perkebunan Teh Dewata,
Irvansyah. Anaknya, Alfart (3), menjadi korban karena sedang berada di rumah
bersama pengasuhnya, Ida (35). Keduanya hingga kini belum ditemukan.
Kesedihan
juga dirasakan Anton Sutisna (39), Ketua RT 08 RW 18, Desa Tenjolaya. Lelaki
yang sudah 27 tahun bekerja di Perkebunan Teh Dewata itu kehilangan dua anggota
keluarganya, yakni keponakannya, Neni (26), dan ibunya, Mak Enah (60). Ia juga
menyaksikan sendiri rumah ibunya tertimbun longsor. Saat itu, Anton baru saja
hendak berangkat ke lokasi perkebunan.
Sejak
Selasa malam, Anton mencari keponakan dan ibunya. Baru Rabu, sekitar pukul
10.00, Neni ditemukan. Kelegaan dan kesedihan mendalam terpancar dari wajah
Anton.
Setelah
bapaknya meninggal, Anton adalah kepala keluarga. Rabu siang itu juga, Anton
mengantarkan jenazah Neni kepada orangtuanya. ”Bapak-ibunya sudah menunggu di
Ciwidey. Neni mau dibawa ke Tasikmalaya,” katanya menahan tangis.
Setelah
Neni, Anton masih harus mencari keberadaan ibunya, hidup atau mati. Meskipun
kesempatan hidup semakin menipis karena sudah dua malam tertimbun, Anton tidak
patah arang. ”Saya harus tetap menemukan emak…,” tuturnya.
Kompas
menumpang ambulans yang mengantarkan jenazah Neni (26) menuju Ciwidey. Sepanjang
perjalanan, ambulans yang ditumpangi beberapa kali dihentikan warga. ”Agus… ada
Agus di sini? Tanya salah seorang warga yang tampak kebingungan menghentikan
ambulans. ”Agus? Teu aya kang… ieu teh Neni (enggak ada kang, ini Neni).”
Mengetahui jenazah itu bukan Agus, warga tersebut tampak kecewa.
Pemandangan
indah
Kampung
Cimeri yang berpenduduk 1.000 jiwa itu berada di kaki Gunung Tilu dan
berbatasan dengan Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut. Untuk mencapainya, harus
menyusuri jalan berbatu sepanjang 32 kilometer selama tiga jam. Sesekali kita
akan melintasi jalan bergelombang dan kubangan lumpur.
Namun,
begitu memasuki daerah Perkebunan Teh Dewata, terlihat bahwa Kampung Cimeri
memang memiliki pemandangan yang sangat indah. Kampung itu berada di sebuah
cekungan yang menjadi dasar bukit-bukit berisi barisan tanaman teh yang
mengelilinginya. Aliran sungai yang deras juga berhasil dimanfaatkan untuk
menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik untuk permukiman tersebut.
Hanya
saja, longsor yang terjadi pada hari Selasa itu ternyata membuka kenyataan lain
mengenai Kampung Cimeri. Permukiman itu berada tepat di daerah rawan bencana.
Itu pun terbukti saat tebing gunung yang retak ambruk dan menimpa permukiman di
bawahnya.
Wakil
Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf menjelaskan, pihaknya hingga kini masih
menyosialisasikan mengenai daerah rawan bencana kepada pemerintah kabupaten
hingga desa. Alasannya memang kuat, semua wilayah Jawa Barat, terutama daerah
selatan, rawan longsor karena berupa perbukitan.
Longsor
di kawasan itu seolah menutup cerita manis keelokan Kampung Cimeri.
Post a Comment